Sabtu, 11 Agustus 2012

Dr Grigory Perelman memecahkan masalah matematika Konjektur Poincare(Poincaré Conjecture) setelah hampir satu abad

Ilmuwan atau orang-orang cerdas memang kerap bertingkah nyentrik. Itu pula yang dilakukan seorang ahli matematika Rusia, Dr Grigory Perelman (44 tahun).

Matematikawan yang disebut-sebut sebagai orang tercerdas di dunia itu, sekarang ini memilih untuk hidup sangat sederhana seorang diri di apartemennya yang lusuh di St Petersburg. Dia bisa saja mendapatkan uang miliaran rupiah dengan cara mudah. Tapi, itu tidak dilakukannya. Bahkan, dia menolak hadiah senilai 1 juta dolar AS atas temuannya karena merasa tak berhak menerimanya.

Parelman dianugerahi hadiah 1 juta dolar AS atau sekitar Rp 9 miliar pada bulan Maret lalu oleh lembaga asal Amerika Serikat, Clay Mathematics Institute, karena memecahkan Konjektur Poincare, yang sudah satu abad memusingkan matematikawan. Dia mengirim solusinya melalui internet. Namun, dia mengatakan kepada lembaga yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, AS itu, bahwa ia menolak hadiah tersebut.

Alasan Perelman, seperti dikutip oleh Interfax, ia menilai kontribusinya dalam membuktikan dugaan Poincare tidak lebih hebat daripada ahli matematika Amerika Serikat, Richard Hamilton, yang pertama kali mengusulkan program untuk solusi tersebut. Konjektur Poincare berkaitan dengan bentuk-bentuk yang ada di empat dimensi atau lebih. Setelah hadiah itu diumumkan pada bulan Maret, ia berkata, ''Aku sudah memiliki semua yang ku inginkan.''

Tetangganya, Vera Petrovna, berkata, ''Saya pernah ke apartemennya dan tercengang. Dia hanya memiliki satu meja, bangku, dan tempat tidur dengan kasur kotor yang ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya -pecandu alkohol yang menjual flat kepadanya. Kami berusaha untuk menyingkirkan kecoa di blok kami, tapi serangga-serangga itu bersarang di apartemennya.''

Pada 2003, Perelman berhenti dari Institut Matematika Steklov di St Petersburg, tempanya bekerja. Teman-teman kerjanya mengatakan, bahwa dia sama sekali mengundurkan diri dari matematika karena subjek itu terlalu menyakitkan untuk dibicarakan.

Sebelumnya, pada 2002, Perelman, mulai mem-posting karya ilmiahnya untuk memecahkan konjektur Poincare, salah satu dari tujuh teka-teki matematika yang masing-masing pemecahannya berhadiah 1 juta dolar AS dari Institut Clay. Berbagai tes yang ketat membuktikan bahwa dia benar.
Teka-teki matematika itu pada dasarnya menyatakan bahwa setiap ruang tiga dimensi tanpa lubang di dalamnya adalah setara dengan sebuah wilayah yang membentang. Teka-teki itu sudah lebih dari 100 tahun menyimpan rapat-rapat jawabannya hingga Perelman memecahkanya. Teori itu dapat membantu menentukan bentuk alam semesta.
Empat tahun lalu, jenius matematika itu juga tak muncul untuk menerima penghargaan bergengsi Fields Medal dari Uni Matematika Internasional karena memecahkan Konjektur Poincare. Pada waktu itu ia mengatakan, ''Aku tidak tertarik pada uang atau ketenaran. Aku tidak ingin dipamerkan seperti hewan di kebun binatang.  Aku bukan pahlawan matematika. Aku juga tidak terlalu berhasil, itu sebabnya aku tidak ingin semua orang menatapku.''
(www.republika.co.id)

Pertanyaan ini ternyata luar biasa sulit. Hampir satu abad berlalu antara perumusannya pada tahun 1904 oleh Henri Poincaré dan solusinya oleh Grigoriy Perelman, mengumumkan pada pracetak diposting di ArXiv.org pada tahun 2002 dan 2003. Solusi Perelman adalah berdasarkan teori Richard Hamlton dari aliran Ricci, dan memanfaatkan hasil pada ruang metrik karena Cheeger, Gromov, dan Perelman sendiri. Dalam makalah Perelman juga membuktikan Geometrization William Thurston yang Conjecure, kasus khusus dari yang merupakan dugaan Poincaré.  
 
            Di analogikan oleh Clay Mathematics Institute dalam situsnya http://www.claymath.org/ Jika kita meregangkan karet gelang di permukaan apel, maka kita bisa menyusut ke titik dengan bergerak perlahan-lahan, tanpa merobeknya dan tanpa memungkinkan untuk meninggalkan permukaan. Di sisi lain, jika kita membayangkan bahwa karet gelang yang sama entah bagaimana telah membentang ke arah yang tepat sekitar donat, maka tidak ada cara menyusut ke titik tanpa melanggar baik karet gelang atau donat. Kami mengatakan permukaan apel adalah "hanya terhubung," tapi bahwa permukaan donat tidak. Poincaré, hampir seratus tahun yang lalu, tahu bahwa bola dua dimensi pada dasarnya ditandai dengan properti konektivitas sederhana, dan menanyakan pertanyaan yang sesuai untuk ruang tiga dimensi (set poin dalam empat dimensi ruang di satuan jarak dari titik asal) .
Untuk melihat makalah jawaban Dr. Grigoriy Perelman silahkan download disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar