Ilustrasi. (Foto: berklee.edu)
Kompleksitas masalah yang dihadapi perkotaan membutuhkan studi yang komprehensif dan melibatkan banyak bidang ilmu, termasuk matematika. Karena itu Fakultas Matematika dan IPA Universitas Indonesia (FMIPA UI) dapat berperan dalam menganalisa masalah, memodelkan penyelesaian, simulasi penyelesaian dan implementasi penyelesaian atas masalah tersebut. Hal itu menjadi topik diskusi dalam Seminar Nasional Matematika 2014.
Seminar Nasional Matematika 2014 diselenggarakan oleh Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) bekerjasama dengan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjajaran (Unpad).
Secara bersamaan dengan seminar tersebut dilaksanakan pula Presentasi Makalah Paralel yang dibagi atas beberapa bidang seperti Analisis dan Geometri, Aljabar, Statistika dan aplikasinya, Matematika Keuangan dan Aktuaria, Kombinatorika, Komputasi, Pendidikan Matematika, Optimisasi, Pemodelan Matematika dan bidang terapan lainnya.
Kepala Bidang Litbang Perhubungan Kementerian Perhubungan RI, Dr Elly Adriani Sinaga Msc mengatakan Indonesia memiliki banyak ahli matematika. Namun sayangnya para ahli matematika itu belum banyak dimanfaatkan untuk penataan kota. Hasilnya, perencanaan kota pun menjadi tak maksimal. Contohnya adalah terjadinya kemacetan di kota-kota besar, seperti di DKI Jakarta.
"Untuk perencanaan kota itu juga dibutuhkan kemampuan analitis. Meski begitu, pola pendekatan yang dilakukan tidak menggunakan model matematika. Indonesia memiliki banyak ahli matematika," katanya di FMIPA UI, Sabtu, 1 Februari 2014.
Elly mencontohkan bahwa setiap penerbitan IMB terhadap gedung-gedung tinggi dan pusat perbelanjaan harus dilengkapi dengan analisis dampak lingkungan dan lalu lintas. Namun karena pendekatannya tidak menggunakan pola matematika maka terjadi kemacetan. Di antaranya di Plasa Semanggi dan di Cibubur.
Menurut Elly, salah satu kebijakan transportasi yang menggunakan model matematika adalah pembangunan Monorail Rapid Transportation (MRT). Dengan model matematika maka dapat diketahui rute dan kebutuhan perjalanan MRT.
"Untuk software transportasi itu dibeli di luar negeri. Indonesia sebenarnya memiliki big data, tinggal menyinergikan Kementerian Perhubungan dengaan Kementerian Informatika dan Komunikasi," tutupnya.
okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar